36 Bandar Ditembak Mati Sepanjang 2017
PONTIANAK – Badan Narkotika Nasional (BNN) menengarai, sabu-sabu seberat 17 kilogram yang berhasil diungkap Minggu (6/8) berasal dari Tiongkok. Deputi Pemberantasan BNN Irjen Arman Depari mengatakan, pada kemasan sabu-sabu tersebut terdapat aksara Hanzi (huruf Cina). “Kalau melihat produk secara sepintas, itu ada aksara Cina, kemungkinan besar memang dari sana (Tiongkok),” katanya.
BNN kini mendalami apakah ada keterkaitan jaringan penyelundup 17 kg sabu-sabu tersebut dengan jaringan penyelundup satu ton sabu-sabu di Anyer, Banten beberapa waktu lalu. Menurut Arman ada kemiripan wujud fisik pada kemasan yang digunakan untuk membungkus sabu-sabu tersebut.
“Kalau melihat wujud fisik barang buktinya, itu ada kesamaan. Nah, tinggal nanti kita lihat, kalau memang sama, berarti kan sumbernya sama. Kalau sumbernya sama, pasti jaringannya sama,” kata Arman Depari, kemarin.
BNN, kata Arman, akan terus mendalami kasus ini. Sehingga bisa diungkap jaringan internasional penyelundupan sabu-sabu yang bisa meracuni generasi muda Kalimantan Barat itu.
Sebelumnya Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Komjen Budi Waseso mengatakan, Indonesia merupakan pangsa pasar terbesar narkotika di kawasan Asia Tenggara.
Menurut pria yang akrab disapa Buwas itu, setidaknya ada 11 negara yang memasukkan narkoba ke Indonesia yang dikendalikan oleh 72 jaringan internasional. Jumlahnya pun tidak tanggung-tanggung, bukan dalam ukuran kilogram, tetapi ton.
Ironisnya, narkoba sebanyak itu terserap habis. Termasuk di Kalimantan Barat. Bahkan. Lanjut Buwas, satu jaringan narkotika bisa menghasilkan pendapatan hingga Rp3,6 triliun dalam setahun.
Buwas juga mengatakan bahwa Kalbar merupakan salah satu pintu gerbang masuknya narkoba dari luar negeri. Jaringan narkoba yang masuk ke provinsi ini cukup besar.
Hal itu dibuktikan dari beberapa kali penangkapan narkoba dalam jumlah besar di wilayah yang berbatasan langsung dengan Malaysia ini. “Jaringan yang masuk ke Kalbar cukup besar. Untuk menindaklanjuti itu kita harus bersinergi. Membangun kekuatan. Karena narkotika masalah negara dan masalah bersama. Harus ditangani secara bersama-sama,” kata Buwas.
Seperti diberitakan sebelumnya, dua penyelundup sabu-sabu di Kalimantan Barat dilumpuhkan karena melawan saat ditangkap. Dua bandar yang hendak menyelundupkan 17 kg sabu-sabu yang tewas itu terdiri atas warga Malaysia bernama Ahoi dan warga Indonesia bernama Alaw. ’’Selain dua orang tewas, tiga bandar lain juga tertangkap,’’ ujar Direktur Pemberantasan BNN Irjen Arman Depari.
Sepanjang 2017, ada 36 bandar yang tewas di tangan petugas. Sesuai dengan data Polri, 31 di antaranya tewas pada periode Januari hingga Mei karena melakukan perlawanan dan melarikan diri.
Jumlah bandar yang tewas bertambah dengan pengungkapan pada Juni sampai awal Agustus menjadi 36 orang. Yakni, satu bandar dalam kasus penyelundupan 1,2 juta pil ekstasi, satu lagi kasus 1 ton sabu-sabu, satu lainnya bandar dalam pengungkapan 384 kg sabu-sabu di Pluit. Genap 36 dengan tambahan dua lainnya yang ditembak Kalbar, Minggu (6/8).
Terpisah, Wakil Ketua DPRD Kalbar, Suriansyah mengaku prihatin Kalbar menjadi pintu masuk narkoba yang rentan mengancam generasi muda dan melemahkan kualitas sumber daya manusia. “Narkoba harus diperangi hingga ke akar-akarnya,” katanya menanggapi penangkapan 17 kg sabu-sabu di Kalbar.
Sementara itu, Mad Nawir, anggota lain DPRD Kalbar mengatakan bahwa narkoba merupakan kejahatan luar biasa dan harus diberangus hingga ke akar-akarnya. “Sepertinya para bandar narkoba besar tengah membidik Kalbar sebagai jalur perdagangan internasional,” ujarnya.
Mad Nawir mendesak para pelaku agar diberi hukuman berat agar jera. “Operasi menembak pelaku yang mencoba melarikan diri sudah tepat. Bila perlu pelaku lain yang terlibat juga diberikan hukuman maksimal dan sangat tegas,” ungkapnya.
Politisi PPP Kalbar ini menambahkan dengan seringnya narkoba masuk di Kalbar, memang menjadi tanda tanya besar bahwa Kalbar tengah dijadikan perlintasan narkoba mudah ditembus para bandar, kurir dan pelaku narkoba internasional. Tindakan aparat tak boleh berhenti tetapi tetap berlanjut hingga ke mengungkapkan ke akar-akarnya.
sumber : pontianakpost.co.id